"Siapa bilang masuk S2 itu gampang?" "Siapa yang bilang lulus S2 itu gampang?" dan "Siapa suruh ambil S2!"
Sebelum dan ketika masuk S2 banyak banget mulut-mulut bicara minor..
"Ngapain sekolah lagi? mending langsung kerja,, mau jadi dosen lo?!" yang lain pun ikut berkicau "Cewek itu ga perlu sekolah tinggi-tinggi,, ujung-ujungnya juga ngurusin suami dan anak, kerja di dapur!" dan ternyata kicauan belum selesai "Wah mau sekolah S2? terus kapan nikahnya? temen-temen mu udah pada nikah dan punya anak.." kalau ini kicauan paling kocak "Cewek jangan sekolah tinggi-tinggi, nanti susah cari jodohnya, laki-laki banyak yang minder ngedeketinnya." dan yang ini paling nyinyir "Ah, masuk S2 itu gampang, tesnya cuma formalitas saja, pasti diterima!" # nanti buat blog lain dengan tema khusus buat komentar2 ini ^^v
"Siapa bilang masuk S2 itu gampang?"
awal masuk Magister Management UGM itu.. mesti lewati 4 tes,,
Pertama tes tulis, terdiri dari 2 jenis tes, TPA (Tes Potensi Akademik) dan TBI (Tes Bahasa Inggris), masing-masing tes punya batas minimal lulusnya sendiri, untuk TPA adalah 500 point, sedangkan TBI 450 point (Bilingual class) dan 525 (International class). Kesannya sich mudah banget ini tes, kenyataanya yang gugur bukan cuma belasan tapi puluhan orang,, dari ratusan pendaftar tersisa puluhan dech (dahsyat juga tes ini ya bisa menghabisi banyak CaMOS (read: Calon Manager dan Orang Sukses) hanya dengan sekali gelar),,
Tes kedua adalah tes wawancara, diikuti oleh mereka yang telah dinyatakan lulus tes tulis, meski banyak orang di luar sana bilang bagian ini terkesan hanya formalitas tapi yang gugur juga tak sedikit (dari ratusan orang yang melamar untuk gelombang 1&2, hanya tersisa sekitar 60an orang yang akhirnya resmi terdaftar dalam angkatan ku),,
Kalau ingat pengalaman diwawancara dulu itu seru juga, siapa sangka ternyata diwawancara oleh seorang bapak dosen yang terkenal killer, lumayan jadi ajang tes kesehatan, ternyata jantung saya masih kuat menanggapi komentar beliau yang cukup keras, tegas dan tanpa tedeng aling-aling dan otak saya masih berfungsi menghasilkan jawaban terbaik untuk setiap pertanyaan beliau.
Tahapan yang ke 3 adalah tes kemantapan hati, lha gimana ga dibilang mantap, pilihannya antara UI, ITB atau UGM,, siapa orang di Indonesia yang ga pernah dengar tentang ketiga univesitas ini dan bagaimana reputasi mereka, siapa juga yang tak pusing jika harus disuruh memilih mau masuk kemana dari antara tiga universitas ini. Dan dengan berbagai pertimbangan, serta informasi yang didapat akhirnya takdir membawa saya memilih MM UGM (ciee,, takdir dijadikan kambing hitam,, kasihannn,,,)
Batch 55 (personel apa adanya) dengan "cinta 55-nya" (semua telunjuk di atas! :p ) |
Tes Tahap ke 4 dan masih terus berjalan sampai sekarang adalah tes penyesuaian diri,, kata pepatah, dimana bumi dipijak disitu tukang sol sepatu berada,, hahahaha,, salah! dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Siapa bilang beradaptasi di Jogja itu gampang?? buat ku sama sekali susah bin sulit bin sukar.. Makanannya yang cenderung manis (darah jawa saya ga berfungsi untuk urusan ini ^_^" ), transportasi umumnya yang buat saya sama sekali tak bersahabat (pukul 6 sore bus sudah tak ada,, becak mahal apalagi taxi, trans jogja haltenya jauh banget), dan cara bergaulnya itu lho..
Butuh sabar, butuh nahan emosi, butuh mengerti, butuh menerima, dan butuh waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang ada,, sulit bukan berati ga bisa, susah bukan berarti mustahil, dan sukar bukan berarti berhenti mencoba kan??! Hanya perlu merubah pola pikir dan menggeser sedikit sudut pandang,, sesuatu yang baru dan berbeda kadang membawa kebaikannya sendiri.
masa-masa kuliah S2 itu...
buat angkatan ku yang masih menggunakan program trimester, kami harus melewati 4 trimester (3 trimester dengan mata kuliah dan 1 trimester khusus menyelesaikan tesis (ada workshop tesis 1,2 dan 3; WT1, berkaitan dengan proposal; WT2: data dan metode analisis dan WT3: hasil dan kesimpulan)) plus dengan masa matrikulasi..Total masa study kami adalah 16 bulan dan akan menjadi 20 bulan dengan matrikulasi.
Makin tinggi pohon makin kencang pula angin berhembus begitu kata pepatah, sama halnya dengan kuliah disini, dari mulai I'm single and very happy meningkat jadi in relationship with GBE terus berubah jadi engage with THESIS sampai nanti akhirnya married with M.B.A. DEGREE and life happily ever after.
Mulai dari dosen yang ganteng tapi ga dapat ilmu apa pun dari mata kuliahnya sampai dosen yang meski sudah berkeluarga tapi selalu bisa bikin jantung berdebar sangat kencang setiap mata kuliah beliau (tugas, ujian dan pertanyaannya itu selalu bisa bikin mati kutu).
Model Ujiannya dari yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh ke rumah (termasuk mudik natal pun saya bawa pulang ^_^") sampai ujian yang bisa membuat mu mengeluarkan keringat jagung atau geleng-geleng kepala hanya dengan membaca soalnya, ada juga ujian yang akan membuat mu pergi ketukang urut setelah selesai mengerjakannya (mendadak jadi atlet nulis cepat, satu buku pindah semua ke kertas jawaban dalam 100 menit,, apa ga kemeng tu tangan).
Tugas-tugasnya,, ada yang individu tak jarang pula yang kelompok, dari cuma paper 3 lembar (tiap minggu tapi dan dilakukan selama 1 trimester) sampai paper 40 lembar plus jilid hardcopy juga ada. Kalau presentasi mulai dari ga ada presentasi sampai presentasi 4 kali buat satu mata kuliah dan ada yang presentasi berjam-jam dari pukul 2 siang sampai 6.30 malam (sebenarnya jatah presentasi cuma 13 menit, sisanya dengerin teman-teman yang lain presentasi topiknya,, ada yang sampai ketiduran di kelas, ada yang sibuk buka social media, ada yang asyik ngobrol,,wkwkwkwkwk ingat banget dech suasana kelas saat itu)
And here we are,, we will talk about thesis... what is that? is it a kind of food or drink?
no, it is thesis, can you finish it?
we don't need to talk or thinking about it,, we just need to finish it,,
and do it now, not tomorrow or later!
(ngomong buat diri sendiri dan buat nyemangatin teman-teman ku di jogja,, ayo kita pasti bisa,, ga gampang tapi pasti mampu menyelesaikannya dan menyandang gelar M.B.A. itu dibelakang nama kita,, semangat semuanya (buat mereka yang saat ini sedang mesra-mesranya dengan tesis!! :p) )
Jempol Kenyakinan setelah WT 3 |
"Siapa suruh ambil S2!"
Apa pun alasan kita mengambil S2, dibayarin kantorlah, disuruh orang tualah, syarat ngelamar dari calon mertualah, atau apa pun itu,, tetap saja keputusan sudah diambil atas dasar kemauan diri kita sendiri dan dalam keadaan sadar,,
Jadi setiap konsekuensinya harus dibayar, meski harus ada tetes air mata, keringat bercucuran, tekanan darah turun karena kurang tidur ngerjain paper atau dikejar deadline tesis, timbul mata panda, dompet menipis buat beli/fotocopy buku atau buat ngeprint dan bagi-bagi souvenir kuesioner, kepala pusing 10 keliling karena SPSS dan data yang ga valid-valid, birokrasi mendapatkan narasumber yang ribet dan ujung-ujungnya ditolak mentah-mentah buat wawancara, apa pun itu pasti bisa kita lewati..
Semua orang punya kesempatan untuk sekolah di Pasca Sarjana, semua orang diberikan hak bebas untuk meneruskan pendidikannya, tapi tak semua orang punya keberanian untuk memikul tanggung jawab sebagai mahasiswa Pasca Sarjana dan tak semua orang mampu mewujudkan impiannya meraih gelar Pasca Sarjana.
Kesempatan sudah diberikan digenggaman kita, tinggal kita olah menjadi kunci yang akan menentukan arah masa depan kita menjadi lebih baik.